Rabu, 29 Februari 2012

pragmatik


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Dalam jangka yang cukup lama studi bahasa sangat dikuasai oleh kecenderungan untuk menjelaskan bahasa berdasarkan sistem formalnya, yaitu dengan menurunkan sistem yang terdapat dalam matematika dan logika, dan mengabaikan unsur pengguna bahasa. Sebagai tataran terbaru dalam linguistik, Pragmatik merupakan satu-satunya tataran yang turut memperhitungkan manusia sebagai pengguna bahasa. Ter dapat banyak bidang kajian dan hal-hal yang membangun pragmatik. Salah satunya ialah tindak komunikatif. Dalam makalah ini akan dijelaskan analisis pragmatik berdasarkan penerapan tindak komunikatif.

1.2.Tujuan Makalah
Makalah ini disusun berdasarkan contoh-contoh wacana dialog yang mengandung penerapan tindak komunikatif. Bertujuan agas pembaca dapat memahami hal-hal yang erdapat ddalam tindak komunikatif serta bagaimana menetukan bagian-bagian dari tindak komunikatif itu sendiri dalam sebuah wacana.






BAB II
PEMBAHASAN

Menganalisis Wacana Berdasarkan Tindak Komunikatif.
Dalam kehidupan sehari-hari kita berkounikasi satu sama lain dengan sebagian besar mempergunakan sarana media bahasa. Dalam hal inilah terasa benar betapa pentingnya fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Komunikasi dapat dipandang sebagai gabungan dari berbagai tindak, serangkaian unsur dengan maksud dan tujuan tertentu. Perlu kita sadari bahwa komunikasi bukan hanya merupakan suatu peristiwa belaka, sesuatu yang terjadi dengan sendirinya. Komunikasi mempunyai fungsi, bersifat purposif, mengandung maksud dan tujuan tertentu, serta dirancang untuk menghasilkan beberapa efek, pengaruh atau akibat pada lingkungan para penyimak dan para pembicara, walaupun tidak dapat disangkal bahwa ada beberapa perubahan yang halus yang hampir tidak dapat diamati.
            Komunikasi adalah serangkaian tindak komunikatif atau tindak ujar yang dipakai secara bersistem untuk menyelesaikan tujuan-tujuan tertentu. Ini merupakan pendapat Jhon Austin (1962) dan dia menekankan betapa pentingnya konsekuansi-konsekuensi  komunikasi linguistik. Sejak itu berbagai penelitian pun diadakan mengenai hal itu. Salah satu penelitian yang sangat penting yang perlu kita ketahui adalah yang dilakukan oleh Michael Halliday (1973). Dia menggunakan istilah fungsi untuk menunjukkan hakikat purposif dari komunikasi, dan telah merangkum tujuh fungus bahasa, yaitu fungsi-fungsi: instrumental, regulasi, representasional, interaksional, personal, heuristik, dan imajinatif.
            Ketujuh fungsi bahasa yang berbeda itu bukannya bersifat mempunyai ciri tersendiri saja ataupun eksklusif satu sama lain. Satu kalimat atau percakapan dapat saja menggabungkan beberapa fungsi yang berbeda secara serentak sekaligus. Ketujuh fungsi bahasa tersebut cenderung mencakup hampir semua jenis dan kerumitan tindak komunikatif. Beikut daftar tindak komunikatif:
1.      Menyapa, mengundang, menerima, menjamu.
2.      Memuji, mengucap selamat, menyanjung, menggoda, menyombongkan.
3.      Menginterupsi, menyela, memotong pembicaran.
4.      Memohon, meminta, mengharapkan.
5.      Menelak, membohongi, mengobati kesalahan.
6.      Mengkritik, menegur, mencerna, mengomeli, mengejek.
7.      Mengeluh, mengadu.
8.      Menuduh, menyangkal/mengingkari.
9.      Menyetujui, menolak, mendebat/membantah.
10.  Meyakinkan, menuntut, mempengaruhi/mensugesti,mengingatkan.
11.  Melaporkan, menilai,mengomentari.
12.  Memerintahkan, memesan,meminta.
13.  Menanyakan, memeriksa/meneliti.
14.  Menaruh simpati,menyatakan belasungkawa.
15.  Meminta maaf, memaafkan.
Semua jenis di atas termasuk kedalam satu atau lebih dari ketujuh fungsi bahasa yang dikemukakan oleh Halliday dan semua itu merupakan tindak-tindak sehari-hari yang umum yang ferformansi atau penampilannya mebutuhkan pengetahuan bahasa. Perbedaan-perbedaan yang terperinci antara aneka tindak komunikatif itu harus dipelajari. Konteks-konteks yang sesuai bagi aneka tindak harus diperhatikan benar-benar. Bentuk-bentuk bahasa yang dipakai untuk menyempurnakan fungsi-fungsi bahasa tersebut haruslah menjadi bagian dari keseluruhan daftar butir linguistik pelajar bahasa, terlebih lagi pelajar bahasa kedua.
Berikut beberapa analisis wacana berdasarkan tindak komunikatif.
Wacana 1:
Paman : “Kau naik sepeda laki-laki?”
Ani      : “Ya, ini sepeda bapak.”
Paman : “Tidak pantas untuk anak perempuan.”
Ani      : “Saya tidak mempunyai sepeda lain.”
Paman : “ Ibumu tahu kau menaiki sepeda laki-laki?”
Ani      : “Ya, justru dia mengatakan kalau aku bisa mengemudikannya, aku boleh                 mempergunakannya!"
Penggalan wacana di atas merupakan contoh wacana yang mengandung penerapan tindak komunikatif  meyakinkan, karena tokoh Ani berusaha meyakinkan pamannya bahwa ia diberi izin oleh ibunya untuk mengendarai sepeda laki-laki.
Wacana 2 :
Paman : “Andi ayo ikut paman ke kelurahan!”
Andi    : “Boleh, paman. Saya pamit kepada ibu dulu ya.”
Paman : “Baiklah, paman juga mau minta izin kepada ibumu.”
Andi    : “Ayo, paman!”
Paman : “Kak, boleh aku mengajak andi ke kelurahan?”
Ibu       : “Ya, pergilah! Hati-hati di jalan ya, jagalah Andi!”
Paman : “Terima kasih kak, Andi akan saya jaga baik-baik.”
Penggalan wacana di atas merupakan contoh wacana yang mengandung penerapan tindak komunikatif menyetujui karena, tokoh ibu mengizinkan tokoh paman untuk mengajak Andi ke kelurahan.
Wacana 3 :
Jani                  : “Selamat pagi bu, apa kabar?”
Bu Asni           : “Ya selamat pagi Jani, baik. Kamu sendiri apa kabar?”
Jani                  : “Saya Alhamdulillah juga dalam keadaan baik bu.”
Penggalan wacana di atas merupakan contoh wacana yang mengandung penerapan tindak komunikatif menyapa, karena tokoh Jani menyapa Bu Asni dengan ucapan ‘selamat pagi’.
Wacana 4 :
Noto    : “Bud, dompet ku hilang, kamu mengambilnya ya?”
Budi    : “Apa? Mengambil dompetmu? Untuk apa?”
Noto    : “Ya, soalnya kamu yang terakhir masuk kamarku.”
Budi    : “Keterlaluan kamu Noto. Kamu tega menuduhku. Aku berani bersumpah bahwa aku tidak mengambil dompetmu.”
Penggalan wacana di atas merupakan contoh wacana yang mengandung penerapan tindak komunikatif membantah, karena tokoh Budi membantah tuduhan dari tokoh Andi dengan mengajukan sumpah.
Wacana 5 :
Ibu       : “Pak ada musibah menimpa keluarga Pak Trisno”
Bapak  : “Ha, musibah pa Bu?”
Ibu       : “Anaknya meninggal tadi pagi.”
Bapak  : “Innalillahi wa inna ilaihi rojiun! Mari kita pergi melayat ke rumahnya bu!”
Ibu       : “Ya pak, Ibu siap-siap dulu.”
Penggalan wacana di atas merupakan contoh wacana yang mengandung penerapan tindak komunikatif menyatakan simpati, karena tokoh Ibu dan Ayah turut berduka cita dengan adanya musibah yang menimpa keluarga Pak Trisno.
Wacana 6 :
Anto    : “Kakak Pembina akan melatih kita tali-temali.”
Yudi    : “Apa itu? Aku tidak tahu.”
Anto    : “Itu latihan mengikat tali dala pramuka?”
Yudi    : “Nah, lalu apa sja yang perlu kita siapkan.”
Anto    : “Namanya juga tali temali, jadi yang kita siapkan ya tali tambang.”
Penggalan wacana di atas merupakan contoh wacana yang mengandung penerapan tindak komunikatif menanyai, karena tokoh Yudi  menanyai Anto  tantang tali – temali.
Wacana 7 :
Susi     : “Aneh, ibuku hari ini kok arah-marah terus ya?”
Rizal    : “Pasti kamu melakukan kesalahan.”
Susi     : “Perasaan aku tidak melakukan kesalahan.  
Rizal    : “Atau barangkali Ibumu lagi ada masalah.”
Susi     : “Itu juga tidak, sepengetahuanku semua baik-baik saja seperti biasa.”
Rizal    : “Nah, berarti Ibumu pasti sedang bertengkr dengan ayahmu. Makanya bawaaannya marah-marah terus.”
Susi     : “Ow mungkin juga ya Zal, tapi ya sudah lah.”
Penggalan wacana di atas merupakan contoh wacana yang mengandung penerapan tindak komunikatif menganalisis karena tokoh Susi dan Rizal berusaha mencari tahu mengapa Ibu susi marah-marah.
Wacana 8:
Guru kelas       : “Sudah berapa kali saya bilang, potong rabutmu. Kenapa kau tidak potong-potong juga?!”
Yandi              : “Nanti akan saya potong Pak! Tidak akan gondrong lagi!”
Guru kelas       : “Nanti, nanti, nanti! Sampai kapan! Saya mau kamu pastikan kapan kamu akan potong!”
Yandi              : “Besok pak! Saya janji!”
Guru kelas       : “Baiklah kalau begitu.”
Penggalan wacana di atas merupakan contoh wacana yang mengandung penerapan tindak komunikatif menegaskan, karena tokoh Guru menegaskan kepada siswanya untuk memotong rambut.







BAB III
PENUTUP


3.1. Simpulan
Dalam tindak komunikatif, ada 15 aspek yang perlu dipahami, yakni: Menyapa, mengundang, menerima, menjamu.Memuji, menyela, meminta, membohongi, mengkritik, mengeluh,  menyangkal, menyetujui, meyakinkan, melaporkan, memerintahkan, menanyakan, menaruh simpati, dan meminta maaf. Dalam wacana pragmatik tidak dapat terlepas dari ke lima belas aspek tersebut.

3.2. Saran
Dari pembahasan dalam makalah tersebut, kini kita sebagai mahasiswa FKIP telah memahami apa itu tindak komunikatif dalam wacana pragmati. Maka sewajarnyalah kita sebagai calon guru bahasa Indoonesia untuk dapat menggunakan pengetahuan itu sebik-baiknya dimasa mengajar kelak.




Kumpulan Cerita Rakyat


No
Judul Cerita
Asal
1.
Putri  Pandan Berduri
Pulau bintan
2.
Si Jangoi
Pulau Penyengat
3.
Puaka Tanjung Penyabung
Kepri
4.
Batu Belah Batu Betangkup
Bintan
5.
Wak si dolan
Kepri
6.
Putra lokan
Kepri
7.
Pak ande bertemu gergasi
Kepri
8.
Bujang sri ladang
Kepri
9.
Si lancang
Kepri
10.
Hang tuah kesatria melayu
Kepri
11.
Si jaka
Kepri
12.
Kolam putri
Kepri
13.
Putri tujuh
Kepri
14.
Dang gedunai (asal mula naga dilaut lepas)
Kepri
15.
Asal mula selat nasi di pulau subi
Kepri
16.
Legenda pulau senua
Kepri
17.
Patahnya gunung daik
Kepri
18.


19.


20.


21.


22.


23.